Analisis retrosintetis adalah teknik pemecahan masalah dalam merencanakan sintesis organik. Ini dilakukan
dengan melakukan transformasi molekul target menjadi struktur-struktur
prekursornya yang lebih sederhana tanpa berasumsi tentang bahan awalnya.
Masing-masing bahan prekursor diuji menggunakan metode yang sama. Prosedur ini
diulang-ulang hingga diperoleh struktur paling sederhana atau yang tersedia di
pasaran. E.J Corey.
Kekuatan analisis retrosintesis menjadi bukti dalam
rancangan sintesis. Sasaran analisis retrosintesis adalah penyederhanaan
struktur kimia. Seringkali, suatu sintesis akan memiliki lebih dari satu jalur
sintesis yang mungkin. Retrosintesis cocok untuk mengungkap berbagai
kemungkinan jalur sintesis yang berbeda dan membandingkannya berdasarkan logika
dan panjang jalur.
Contoh berikut
akan memudahkan pemahaman konsep analisis retrosintesis.
Dalam merencanakan sintesis asam
fenilasetat, diidentifikasi dua sinton. Sebuah gugus nukleofil
"–COOH", dan gugus elektrofil "PhCH+2". Tentu saja,
kedua sinton tersebut tidak tersedia begitu saja; ekivalen sintesisnya yang
sesuai dengan sinton-sinton direaksikan untuk menghasilkan produk yang
diinginkan. Dalam kasus ini, anion sianida adalah ekivalen sintesis untuk sinton –COOH; sementara benzil bromida adalah
ekivalen sintesis untuk sinton benzil.
Maka, sintesis asam fenilasetat yang
ditentukan berdasarkan analisis retrosintesis menjadi sebagai berikut:
Kenyataannya,
asam fenilasetat telah disintesis dari benzil
sianida yang disintesis berdasarkan reaksi antara benzil
klorida dengan natrium
sianida.
Ada bermacam-macam strategi dalam retrosintesis yaitu
strategi gugus fungsi, strategi stereoimia, strategi struktur tujuan, strategi
berbasis transformasi dan strategi topologis. Dalam hal ini untuk strategi
streokimia yaitu sejumlah pereaksi kimia memiliki kebutuhan stereokimia yang berbeda.
Transformasi stereokimia (seperti penataan
ulang Claisen dan reaksi
Misunobu) dapat menghilangkan atau memindahkan kekhiralan yang
diinginkan sehingga menyederhanakan target.
Dalam pendekatan ini, sintesis direncanakan mundur mulai
dari produk yang relatif kompleks menuju bahan yang tersedia sebagai molekul
yang sederhana (bahan awal). Pendekatan
ini menghendaki pembangunan kerangka karbon dari molekul target, menempatkan
gugus fungsional dan kontrol yang tepat dari aspek stereokimia.
Sebuah
transformasi dalam kasus teknik retrosintesis dari reaksi Wittig ditampilkan
berikut:
Dengan
cara yang sama, analisis retrosynthetic dari reaksi Diels-Alder diwakili
berikut:
Langkah retrosynthetic melibatkan
pemecahan ikatan (s) untuk membentuk dua (atau lebih) sinthon disebut sebagai
pemutusan (diskoneksi). Sinton adalah sebuah fragmen ideal, biasanya kation,
anion atau radikal, hasil dari diskoneksi. Satu harus memilih pemutusan yang
sesuai dengan reaksi yang menghasilkan produk paling banyak.
FGI adalah proses transformasi dari gugus fungsi satu ke
gugus fungsi yang lain untuk membantu perencanaan sintetis dan untuk
memungkinkan pemutusan sesuai reaksi yang sesuai pula. Dalam merencanakan
strategi sintetis, selain merancang cara membangun rangka karbon dengan fungsi
yang diperlukan, ada faktor lain yang harus diatasi termasuk kontrol regiokimia
dan stereokimia.
Pertanyaan:
1. Apa saja 3
metodologi yang dideskripsian oleh Corey? Dan apa strategi lain yang dapat diterapkan pada perencanaan suatu
sintesis?
2. Bagaimana kita menganalisis target agar dapat menentukan
bahan awal yang terbaik?
3. Bagaimana tahapan perancangan sintesis yang terdiri dari
analisis dan sintesis?